Genre action beat ’em up sepertinya sudah menjadi genre yang sangat mainstream bagi para gamer di Indonesia. Sebagian besar dari mereka setidaknya memiliki preferensi tersendiri terkait game-game action yang dimainkannya, dimulai dari judul-judul besar seperti GTA, Sleeping Dogs, Batman Arkham Series hingga judul independen seperti Sifu. Berbagai game tersebut ternyata memiliki pengaruh kuat bagi industri game lokal, yang dibuktikannya melalui proyek game action beat ’em up oleh Eksil Team dengan tajuk Acts of Blood.
Acts of Blood adalah salah satu game lokal yang antusiasmenya sudah menyebar bak virus hingga mancanegara dikarenakan potensi yang kuat dari game tersebut. Game yang awalnya bertajuk Condemned ini juga cukup menggemparkan karena pengembangannya yang hanya dilakukan oleh satu orang saja, yaitu Fajrul Fn. Kali ini, ReArchivu turut berkesempatan untuk mewawancarai, Fajrul Fn, sosok dibalik game Acts of Blood melalui event game terbesar di Indonesia, yaitu Gamers to Gamers Chapter 3 2024.
Interview dengan Lead Developer Acts of Blood
ReArchivu: Halo, boleh diperkenalkan dahulu apa itu game Acts of Blood untuk teman-teman yang belum tahu?
Fajrul FN: Acts of Blood secara singkatnya mungkin bisa di-refer kepada game yang mirip seperti Sleeping Dogs karena kita memang mengambil inspirasi dari sana, namun juga akan ada yang beranggapan kalau game ini mirip seperti Batman Arkham Series. Tetapi, perlu diketahui sebenarnya core gameplay kita sendiri sangat terinspirasi dari Sifu yang lebih linear karena di game kita bakal ada stage-stage yang harus diselesaikan dengan rencana akan ada 9 stages nantinya.
Mengapa memilih game-game tersebut sebagai inspirasi dan acuan utama bagi Acts of Blood?
Fajrul FN: Karena saya sendiri kebetulan juga fans dari game Sleeping Dogs dan juga sangat menyukai film The Raid. Kita tahu lah ya bahwa The Raid belum ada gamenya, dan adanya kehadiran Acts of Blood ini cocok dengan apa yang direferensikan tadi. Terlebih, nanti kami juga berencana untuk mengubah fighting style-nya cenderung ke arah beladiri Silat supaya kesan referensi “The Raid” ini lebih terasa.
Kami sempat coba memainkan demo awal dari game Acts of Blood dan ada beberapa hal yang menarik perhatian kami, yaitu easter eggs. Kami menemukan berbagai easter eggs yang menarik seperti referensi dari scene pada film Wong Kar Wai hingga scene ikonik dari game GTA San Andreas. Kenapa bisa terpikirkan untuk memasukkan berbagai media pop-kultur sebagai easter eggs dalam game ini?
Fajrul FN: Sesederhana saya banyak dipengaruhi oleh pop-kultur yang seperti itu dan juga saya mendapatkan banyak ilmu soal perfilman dari bangku perkuliahan saya pada jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) makanya saya disuapkan oleh banyak film-film hingga akhirnya menjadi referensi untuk easter eggs pada game ini ke depannya. Selain yang disebutkan tadi, saya juga sempat memasukkan referensi film The Raid 2 sebagai easter eggs melalui raining fight scene di dalam gamenya. Hal ini juga menjadi bentuk apresiasi saya kepada karya-karya film terbaik di dunia untuk dijadikan sebagai atribut kecil di Acts of Blood.
Kira-kira nanti pemain bisa menaruh ekspektasi seperti terkait easter eggs lainnya yang ada di game Acts of Blood?
Fajrul FN: Untuk easter eggs lainnya, mungkin bisa berekspektasi banyak dari film dan game tentunya, dan juga media pop-kultur cult-classic yang vibesnya serupa untuk game Acts of Blood.

Dari segi cerita, kita sudah diberitahu di dalam gamenya bahwa kita akan bermain sebagai Hendra yang akan membalas dendamnya terhadap apa yang sudah menimpa keluarganya. Selain dari cerita utamanya, apakah nantinya ada pengembangan cerita sampingan untuk mendukung apa yang sudah disampaikan pada cerita utama?
Fajrul FN: Cerita dalam Acts of Blood sedari awal sudah difokuskan pada pengembangan karakter Hendra yang akan melakukan revenge terhadap apa yang menimpa keluarganya sehingga untuk cerita sampingan sebenarnya akan eksis namun tak begitu signifikan. Cerita sampingan mungkin akan dimasukkan sebagai jembatan dari satu bab ke bab lainnya. Meski demikian, kami bisa mengatakan bahwa di akhir cerita nantinya akan ada twist.
Aspek lainnya yang kami ingin apresiasi dari game ini adalah narasi dan pengisi suara yang totalitas. Apakah nantinya pemain dapat berekspektasi tinggi terhadap aspek ini?
Fajrul FN: Sebagai informasi, game ini saat ini hanya diisi oleh satu pengisi suara saja untuk 2 bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan Inggris. Kedepannya, saat sudah memasuki tahap produksi yang serius di awal tahun 2025, kami akan mengupayakan narasi dan pengisian suara yang kualitasnya lebih baik lagi dari apa yang sudah ada di versi demo saat ini.
Sebagai pertanyaan penutup, mungkin pertanyaan ini juga membuat penasaran khalayak. Benarkah Acts of Blood awalnya hanya dikembangkan oleh satu orang saja (solo development)?
Fajrul FN: Untuk core gameplay game ini, saya bisa mengkonfirmasi bahwa saya sendiri lah yang mengerjakan semuanya dari awal. Namun, terlepas dari itu, kami juga mendapatkan banyak bantuan tenaga untuk aspek lainnya seperti musik, pengisi suara, 3D Art, serta PR & Legal staff.
Sepertinya cukup untuk wawancara kali ini, kami dari ReArchivu mengucapkan terima kasih kepada Fajrul FN dan Eksil Team yang sudah bersedia untuk diawawancarai terkait inspirasi pop-kultur dan proses pengembangan pada game Acts of Blood.
Tentang Acts of Blood
Acts of Blood adalah game Beat ’em up, Action yang berfokus pada pertarungan hand to hand yang cepat. Game ini berlatarkan di Bandung, Indonesia. Berceritakan seorang mahasiswa hukum yang bernama Hendra yang bertekad untuk membalas dendam terhadap apa yang sudah menimpa keluarganya. Objektif utama dari game ini adalah melawan semua musuh yang menghalangi tujuan Hendra dengan fighting style yang brutal, serta berbagai senjata melee yang dapat digunakan.
Ikuti perkembangan terbaru dari game Acts of Blood melalui laman Steam berikut dan Wishlist game-nya untuk mendukung mereka menghasilkan game yang terbaik nantinya!