Skena game independen di Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukkan tren yang sangat baik yang dibuktikan dengan banyaknya pengembang game yang bangkit dari tidurnya untuk menunjukkan berbagai proyek game terbaru mereka kepada khalayak. Game-game lokal terbaru ini umumnya mereka pamerkan melalui trailer pada platform video on demand dan juga showcase event, salah satunya adalah Gamers to Gamers (G2G) Chapter 3 dan The Lazy Game Awards yang diselenggarakan oleh The Lazy Monday tahun lalu.
Pada acara tersebut, berbagai proyek game lokal dipamerkan dan salah satu yang sangat menarik perhatian kami di kala itu adalah game horor lokal yang dikembangkan oleh Separuh Interactive dengan tajuk Agni: Village of Calamity. Game ini sempat meraih penghargaan berupa Indonesian Most Anticipated Game di acara yang sama. Kami, ReArchivu berkesempatan untuk mewawancarai Harbowo Putra, Narrative Designer dari Separuh Interactive yang terlibat dalam proyek pengembangan gim Agni: Village of Calamity. Kami berbincang banyak hal untuk mengulik proses pengembangan gim horor lokal yang sangat diantisipasi oleh banyak gamer.
Interview dengan Narrative Designer Agni: Village of Calamity
Agni: Village of Calamity adalah game horor survival yang banyak terinspirasi dari berbagai media horror klasik. Pemain akan melihat melalui perspektif seorang penyidik dari unit polisi Indonesia bernama Agni yang menentang perintah dan pergi ke desa terpencil dengan suasana yang mencekam. Investigasi yang dilakukan oleh Agni di desa tersebut membawanya masuk ke dalam realita yang mengerikan dan mengguncang berbagai hal yang dipahami olehnya selama ini.
Berikutnya, kami akan memaparkan bagaimana proses pengembangan dari game ini melalui interview eksklusif bersama Harbowo Putra, Narrative Designer dari Separuh Interactive.
ReArchivu: Sebelumnya, boleh diperkenalkan sekilas mengenai apa itu gim Agni: Village of Calamity dan mengapa ada gim horror lokal yang terlihat cantik seperti ini?
Harbowo Putra: Singkatnya, Agni ini adalah game horor survival dengan perspektif fixed camera yang di dalamnya terdapat mekanis puzzle dan juga combat namun hanya sekadar melee combat dan tidak ada tembak-tembakan. Kita mengupayakan sedikit diferensiasi di mana game horor klasik yang menggunakan fixed camera cenderung combat-nya adalah tembak-tembakan, namun Agni lebih difokuskan pada combat jarak dekat (melee).
Mengapa Agni: Village of Calamity memilih pendekatan sudut pandang fixed camera di tengah gempuran game horror modern dengan perspektif first person atau over the shoulder?
Harbowo Putra: Alasan kami menggunakan direksi fixed camera karena kami ingin menunjukkan model karakter kami yang sangat bagus. Terlebih, kami juga sudah mengupayakan motion capture yang menggunakan model asli. Selain itu, mengapa kami tidak menggunakan over the shoulder? karena dirasa terlalu action maka kami gunakan fixed camera untuk tone down supaya kesan horornya lebih terasa.

Setelah mencoba game ini, kami merasakan kuatnya vibes horror klasik seperti seri Resident Evil 3 ke bawah hingga membuat kami penasaran sebenarnya apa saja inspirasi media horor yang digunakan dalam pengembangan gim ini?
Harbowo Putra: Sebagai inspirasi utama, kami mengambil berbagai tajuk game horror ternama seperti Resident Evil, Siren, dan juga The Last of Us untuk pengembangan environment di dalam gamenya.
Untuk seluruh proses pengembangan, berapa orang yang terlibat aktif dalam proyek gim Agni: Village of Calamity?
Harbowo Putra: Saat ini ada 10 orang yang berpartisipasi mengerjakan gim ini, dan untuk sampai ke tahap versi demo di acara ini, waktu pengembangannya sudah berjalan selama 8 bulan.

Kami cukup tertarik ketika mengetahui bahwa motion capture dilakukan dengan menggunakan iPhone, kira-kira bisa dijelaskan secara singkat bagaimana proses motion capture untuk modelling karakter game ini?
Harbowo Putra: Jadi, sederhananya penggunaan iPhone itu untuk capturing wajah dari aktris/model yang terlibat untuk dijadikan karakter dengan menggunakan tambahan bracket yang dipasang ketika motion capture berlangsung dan nantinya hasil capture-nya akan diolah lagi oleh 3D artist dan animator dari Separuh Interactive.
Sebagai pertanyaan penutup, apakah Separuh Interactive sudah dapat memberikan gambaran/perkiraan tanggal rilis untuk gim Agni: Village of Calamity?
Harbowo Putra: Saat ini, sejujurnya belum ada waktu rilis yang pasti untuk gim ini. Jadi, kami masih membutuhkan banyak waktu untuk terus berupaya untuk mengembangkan gim ini jadi lebih baik nantinya.
ReArchivu mengucapkan terima kasih kepada Harbowo Putra dan Separuh Interactive yang bersedia untuk diwawancara terkait proses pengembangan gim Agni: Village of Calamity pada saat acara G2G Chapter 3 berlangsung. Bagi para pembaca yang tertarik untuk mengikuti perkembangan gim ini, bisa mengunjungi laman steam berikut untuk wishlist Agni: Village of Calamity.