Microsoft baru-baru ini mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 9.000 karyawan di seluruh divisinya, termasuk ribuan dari unit gaming seperti Activision, Bethesda, dan ZeniMax. Langkah ini memicu pembatalan sejumlah proyek game besar seperti Perfect Dark, Everwild, dan MMO buatan ZeniMax Online Studios. Situasi ini kembali menyoroti keberlangsungan model bisnis Xbox Game Pass, layanan berlangganan yang selama ini menjadi diferensiasi utama konsol Xbox.

Sejumlah pengembang menyuarakan kritik tajam terhadap model Game Pass. Raphael Colantonio, pendiri Arkane Studios, menyebut Game Pass sebagai “model yang tidak berkelanjutan” dan telah merusak industri game selama lebih dari satu dekade karena terlalu bergantung pada subsidi Microsoft. Kritik ini diamini oleh Michael Douse dari Larian Studios, yang mempertanyakan apa yang akan terjadi ketika “uang tak terbatas” milik Microsoft habis. Alex Hutchinson, pengembang Revenge of the Savage Planet, bahkan menyebut Game Pass telah “menghapus nilai konten” dan mendorong pemain untuk tidak lagi membeli game secara langsung.

Namun, Microsoft bersikukuh bahwa Game Pass masih merupakan layanan yang menguntungkan. Perusahaan menyatakan telah memperhitungkan hilangnya potensi pendapatan ritel dalam laporan keuangannya, serta melakukan penyesuaian harga dan struktur langganan demi menjaga profitabilitas. Phil Spencer, kepala divisi gaming Microsoft, sebelumnya juga menyatakan bahwa Game Pass tidak membakar uang, tetapi memberikan keuntungan dan pertumbuhan, terutama di segmen PC.
Data keuangan mendukung klaim tersebut. Pendapatan PC Game Pass tumbuh 45% dari tahun ke tahun, dan jumlah pelanggan kini melampaui 35 juta, dengan target jangka panjang mencapai 100 juta pada tahun 2030. Meskipun penjualan konsol menurun, Microsoft mencatatkan peningkatan pendapatan signifikan dari konten dan layanan digital di laporan keuangan kuartal ketiga 2025.
Meski demikian, tantangan tetap ada. Beberapa pihak mengkhawatirkan bahwa model langganan seperti Game Pass berisiko menurunkan persepsi nilai game, terutama untuk judul baru dan indie. Ketergantungan terhadap subsidi dari Microsoft juga menjadi perhatian, karena perubahan strategi keuangan di masa depan dapat mengancam keberlangsungan model ini. Selain itu, gelombang PHK dan pembatalan proyek besar menimbulkan kekhawatiran tentang kekosongan pipeline konten yang dapat melemahkan daya tarik Game Pass itu sendiri.
Apakah Xbox Game Pass Benar Menguntungkan?
Pemimpin redaksi TheGameBusiness sekaligus jurnalis veteran, Chris Dring, baru-baru ini menyatakan di X bahwa Microsoft sendiri mengakui bahwa mereka tidak memasukkan dampak kanibalisasi penjualan game first-party ke dalam perhitungan profit dan rugi Xbox Game Pass.
Di masa-masa awal, Microsoft sempat mengatakan bahwa kehadiran game di Xbox Game Pass justru bisa membantu penjualannya, lewat penyebaran dari mulut ke mulut dan efek viral layaknya game free-to-play. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Microsoft sudah tidak lagi membuat klaim tersebut. Seiring pemahaman terhadap perilaku pengguna Xbox Game Pass yang semakin matang, Microsoft bahkan mengakui di pengadilan bahwa Game Pass memang berdampak negatif terhadap penjualan ritel game.
Tapi melalui Tweet barunya, mengatakan bahwa, Xbox Game Pass dipastikan tetap menguntungkan meskipun berdampak pada penurunan penjualan game dari studio first-party milik Microsoft. Sumber terpercaya mengungkap bahwa laporan keuangan Game Pass terpisah dari laporan keuangan game first-party, yang memang memperoleh pendapatan dari sumber lain seperti penjualan premium dan mikrotransaksi.
Lebih dari 18 bulan lalu, Xbox menjelaskan bahwa Game Pass memiliki laporan laba rugi (P&L) sendiri dan tidak menggabungkan penurunan penjualan game internal ke dalam perhitungannya. Meskipun hal ini memberi tekanan pada margin keuntungan studio first-party, sumber tersebut menegaskan bahwa bahkan jika memasukkan pendapatan yang hilang dari penjualan dan mikrotransaksi game first-party, Game Pass masih menunjukkan profitabilitas.
Langkah ini menjadi kabar positif bagi strategi Xbox yang terus mengandalkan layanan langganan ini sebagai pilar utama bisnis gaming mereka, apalagi setelah studio-studio Xbox mulai merilis game mereka juga di platform lain seperti PlayStation 5, yang membantu meningkatkan margin penjualan premium.