Semakin dekat menuju hari jadi ke-25 dari sebuah game legendaris buatan Squaresoft atau sekarang sudah bernama Square Enix yaitu Final Fantasy IX, game yang awalnya dirilis pada 7 Juli 2000 menjadikannya sebagai Instalasi ke-9 sekaligus penutup untuk konsol PS1 ini dan masuk sebagai Final Fantasy terbaik bagi saya. Selain itu belakangan ini terdengar berbagai isu-isu remake akan game tersebut, sambil menantinya bagaimana jika kita terhadulu membahas game original PS1nya sembari menunggu remakenya ?

Table of Contents
Balik ke Tema Fantasi dengan Dunia Medieval

Dikala ke-2 pendahulu dari game ini yaitu Final Fantasy VII dan Final Fantasy VIII mengambil setting yang lebih modern dengan steam punk dan science fiction, yang dilakukan oleh instalasi ke-9 ini justru adalah sebaliknya. Dunia fantasi yang diusung pun digambarkan seperti kisah buku dongeng anak-anak, lengkap dengan tone dan warna yang lebih cerah sehingga terkesan hangat pula, apalagi dengan visual 3D yang lebih halus daripada 2 game pendahulunya bahkan mendorong batas kemampuan hardware pada konsol PS1.
Tetapi walau memiliki visual yang memberikan kesan seperti berada di dunia dongeng yang penuh kebahagian dan kehangatan, cerita pada game ini tetaplah dibalut dengan berbagai drama dan tragedi.
Dari Menculik Putri Kerajaan Hingga Menyelamatkan Dunia

Mengambil latar di sebuah planet bernama Gaia, kita akan mengikuti cerita dari Zidane yang merupakan anggota dari geng pencuri bernama Tantalus Theater Troupe. Zidane bersama gengnya ditugaskan menculik putri dari kerajaan Alexandria, bernama Garnet. Tapi alih-alih berhasil menculik Garnet, Zidane bersama gengnya diminta Garnet secara langsung untuk melindungi dan membawa dirinya keluar dari kerajaan Alexandria dengan tujuan melarikan diri dari ibunya, Queen Brahne.
Dalam proses penculikkan tersebut kita juga akan diberikan sudut pandang dari seorang penyihir kecil dan seorang ksatria kerajaan Steiner. Sebenarnya premis yang diberikan oleh FFIX menurut saya pribadi cukup sederhana, intinya game tersebut mencoba kembali ke formula game JRPG yang klasik yaitu: Ada kelompok pahlawan ingin menyelamatkan dunia, kerajaan jahat, dan entitas yang ingin menghancurkan dunia.

Walaupun premis yang disampaikan bisa dibilang cukup simpel tapi dari kejadian penculikkan Garnet, merupakan titik awalnya ceritanya menjadi lebih menarik. Kita akan disuguhkan berbagai momen-momen hangat dan menjadi favorit saya adalah bagaimana tiap karakternya mendapatkan porsi yang pas, momen yang pas dan pengembangan karakter yang pas dan untuk detilnya kalian sendiri harus memainkannya sendiri.

Tetapi walau begitu petualangan tersebut pun tidak semuanya terlihat bahagia namun banyak sekali tragedi dan drama yang mengocok emosi, seperti Insiden ibunya Garnet dibunuh secara mengenaskan ditangan bahamut, kemudian para black mage yang digenosida, dan masih banyak lagi lainnya. Final Fantasy IX mencoba membawa tema “The Meaning of Life and Death”, tema tersebut juga dicoba dipresentasikan oleh 2 karakter yaitu Vivi dan Kuja. Vivi sendiri adalah seorang black mage yang memiliki krisis eksistensi, dikarenakan pada dasarnya black mage dalam semesta Final Fantasy IX hanya dapat hidup selama 1 tahun, tidak memiliki emosi, dan tanpa kehendak bebas sehingga hanya patuh kepada tuannya. Tetapi untuk beberapa alasan Vivi bisa hidup, mempunyai emosi, dan memiliki kehendak bebas. Sedangkan Kuja menolak tujuan hidup sepenuhnya apabila pada akhirnya ditakdirkan akan mati, Kuja berusaha menghancurkan semua sumber kehidupan dengan memanggil Necron. Necron sendiri merupakan sebuah makluk yang memiliki kuasa untuk membawa dunia ke suatu keadaan yang disebut Zero World yang dimana tidak ada yang bisa eksis.
Pada akhirnya Zidane dan Geng berhasil membuktikan kepada Necron jika mereka ingin hidup walaupun suatu saat mereka akan mati.
Dunia Seperti Buku Dongeng

Dengan standar PS1, Final Fantasy IX bisa memaksimalkan potensi dari grafis PS1 itu sendiri bahkan lebih baik dari Final Fantasy VII dan Final Fantasy VIII atau bahkan diseluruh perpustakaan game PS1.

Berbeda dengan pendahulunya seperti yang saya sebut beberapa kali sebelumnya, Final Fantasy IX benar benar kembali berhasil membawa tema fantasi klasik itu sendiri. Dunia yang seperti buku dongeng dengan karakter cenderung lebih cebol dan beberapa hewan berbentuk humanoid, ditambah dunianya yang beragam, tidak hanya kerajaaan yang megah tapi juga rawah-rawah, hutan bahkan tempat tempat yang memiliki ‘mood suram’ berhasil digambarkan dengan baik terutama untuk kerajaannya yang dibuat sangat hidup.
Saya pribadi sangat menyukai bagaimana dunia dari FFIX itu sangat hidup dari berbagai kegiatan karakter NPCnya, terutama dibabak-babak awal game karena NPC sibuk dengan festival yang diadakan oleh kerajaan Garnet. Keindahan itu semua juga ditambah oleh musik yang dikarang sang legenda Nobuo Uematsu, sepertinya tidak perlu ditanya seberapa bagusnya beliau memasak suatu musik dalam video game, dan di FFIX musiknya berhasil mengambarkan dunianya itu sendiri. Terakhir, nilai plus lagi adalah dibandingkan dengan FFVII dan FFVIII, pre-rendered cutscenenya FFIX jauh-jauh 10 kali lipat lebih bagus dibandingkan dengan kedua game tersebut, karena menurut saya sekali lagi karena pre-rendered cutscenenya kali ini digarap dengan sangat serius.
Battle & Gameplay Tidak Banyak Berubah

Secara gameplay tidak ada yang terlalu spesial dari Final Fantasy IX, gamenya sendiri masih mengusung sistim ATB (Active Time Battle) yang sudah di gunakan sejak Final Fantasy IV, selain itu bukan hanya tema saja yang kembali kepada akarnya tetapi pada combat misalnya kalian kembali di izinkan menggunakan maksimal 4 karakter lagi tidak seperti pada 2 game sebelumnya. Lalu ada juga beberapa fitur baru seperti Trance. Trance merupakan skill limit break yang memungkinkan tiap karakter dapat meningkatkan status sebesar 1,5x dan merubah sedikit bentuk mereka tapi sisanya secara combat battle semuanya sama dengan seri sebelumnya.

Untuk mengatasi kejenuhan dalam ceritanya yang kadang seperti roller coaster, SquareSoft juga menambahkan beberapa minigame yang bisa kalian mainkan nantinya walaupun tidak begitu banyak dari card game, lompat tali, mencari barang dengan chochobo, mencari kodok dan beberapa bisa kalian temui nantinya. Tapi menurut penulis hadirnya minigamenya berasa seperti formalitas saja. Misal lompat tali yang bisa dibilang cukup susah terutama jika kalian ingin platinum di PS4, tapi tetap saja kalian harus mencobanya.

Final Fantasy Terbaik?
Pada tahap awal pengembangan Sakaguchi ingin membuat untuk seri ke-9 menjadi seri petualangan aksi bertema fantasi layaknya 6 kebawah, yang berbanding terbalik dengan Final Fantasy VII dengan dunia steampunk ataupun Final Fantasy VIII dengan cerita sekolahnya. Saat itu Sakaguchi ingin menggunakan film The Dark Crystal (1986) sebagai inspirasi dalam membuat dunia FFIX yang penuh fantasi dan cerita dongeng yang mungkin dimimpikan oleh anak-anak.
Hasilnya adalah sebuah game imajinatif yang berhasil menggabungkan Final Fantasy klasik dengan tampilan yang lebih modern di kala itu.

Final Fantasy IX adalah game Final Fantasy terakhir yang digarap oleh Hironobu Sakaguchi, sebelum mengerjakan movie CGI Final Fantasy yaitu The Spirit Within, yang dimana berakhir dengan hampir bangkrutnya SquareSoft dan keluarnya Sakaguchi dari SquareSoft. Melalui sebuah interview dengan IGN yang dipublikasikan pada 5 April, 2000 Sakaguchi mengatakan bahwa Final Fantasy IX adalah Final Fantasy favoritnya, dikarenakan game ini berhasil menjadi yang terdekat dengan pandangan idealnya akan bagaimana sebuah game Final Fantasy seharusnya.
Pada akhir tahun 2000, Final Fantasy IX dilaporkan telah terjual 2,65 Juta unit hanya di region Jepang, menjadikannya game terlaris ke-2 untuk region tersebut dengan Dragon Quest VII berada pada peringkat pertama. Tetapi walaupun game ini tetap di anggap sebagai Top-Seller baik di Amerika maupun Jepang, game ini tidaklah terjual sebanyak Final Fantasy VII ataupun VIII. Selain penjualan, game ini juga mendapat banyak sekali pujian dan diakui secara kritis baik di jepang maupun di mancanegara. Game ini mendapatkan rating 94/100 pada metacritic, dan terpilih pada posisi ke-24 sebagai best game of all times pada majalah Famitsu. Francesca Reyes dari majalah Next Generation memuji akan bagaimana game ini kembali ke-akar serinya.

Pada tahun 2020, layanan broadcasting nasional jepang NHK mengadakan polling kepada penonton di jepang menganai game Final Fantasy mana yang terbaik di serinya, dan Final Fantasy IX berhasil menempati posisi ke-4. Hal ini membuktikan bahkan setelah 24 tahun perilisannya Final Fantasy IX hingga saat ini tetap menjadi salah satu dari yang terbaik di antara yang lainnya, dan pada tahun 2021 dilaporkan bahwa game ini direncakan untuk mendapatkan adaptasi anime.
Ada berbagai aspek yang berkontribusi akan mengapa game ini begitu spesial bagi kami dan banyak orang lain yang memainkannya, diantaranya adalah Visual yang indah membuatnya memberikan kesan membekas, Cerita yang menggugah perasaan, karakter yang unik, dan gameplay yang menyenangkan juga turut membentuk pengalaman positif tersebut.
Kesimpulan

Sepertinya akan munafik mengatakan jika Final Fantasy IX bukanlah sebuah game bagus, walaupun terasa bias tapi sampai sekarang menurut saya pribadi Final Fantasy IX merupakan Final Fantasy terbaik dari seluruh saya mainkan selama ini. Dengan cerita yang kuat, karakter yang asik, pendalaman karakter yang bagus ,grafis yang keren, dan berjuta-juta pujian yang bisa saya lontarkan kepada game ini tanpa henti. Dengan adanya isu rumor akan remake dari FFIX tentu saya berharap jika emang game tersebut beneran eksis, saya hanya memiliki harapan jika remake tersebut setidaknya berhasil masuk dalam list game favorit penulis sepanjang masa.
Bagaimana menurut kalian mengenai Final Fantasy IX yang dirilis lebih dari 2 dekade lalu ini, bagi saya sendiri Final Fantasy IX merupakan sebuah JRPG yang memiliki segudang keindahan yang patut eksis kembali lagi terutama untuk genre JRPG. Bagaimana kalian sendiri? Apakah kalian yang memiliki kenangan yang cukup menarik melalui game ini?