Dilansir dari Automaton, Melalui media Korea Selatan yaitu Global Economic mereka menyoroti bahwa Microsoft baru-baru ini menerima kritik dan perbandingan yang tidak menguntungkan dengan Sony dan Nintendo karena tidak memberikan dukungan lokalisasi Bahasa Korea pada game first-party mereka.

Kita tahu bahwa Xbox dan CEO, Phil Spencer selalu aktif dalam berupaya untuk memperluas merek ke pasar non-Barat, akan tetapi ada sentimen yang berkembang di kalangan para gamer Korea bahwa Xbox perlahan meninggalkan negara tersebut, meskipun Korea merupakan pasar game terbesar keempat setelah China, Amerika Serikat, dan Jepang.
Global Economic telah menyelidiki dengan menunjukan kurangnya lokalisasi bahasa Korea pada game-game terbaru mereka seperti Starfield dan yang terbaru yaitu The Outer World 2.
Ada Apa Dengan Xbox dan Korea Selatan?

The Outer Worlds 2 yang dikembangkan oleh Obsidian Entertainment milik Xbox Game Studios. Judul tersebut baru-baru ini diumumkan akan dirilis pada tahun 2025, tetapi tidak ada satu pun daftar toko yang menyebutkan dukungan bahasa Korea saat peluncuran. Menariknya, game pertama mereka yaitu The Outer Worlds pertama pada tahun 2019 menyertakan teks terjemahan bahasa Korea sejak hari pertama. Perubahan sikap yang nyata ini telah membuat para gamers Korea kecewa.
Di sisi lain, Avowed yang seharusnya rilis pada Februari lalu, sudah mendapatkan dukungan bahasa Korea sebulan setelah perilisan. Tapi game tersebut telah ditunda hingga bulan Agustus.

Sebaliknya dengan Nintendo dan Sony yang selalu mendukung lokalisasi bahasa Korea pada game-game mereka. Hal ini juga, terutama pada kepemilikan konsol di negara Korea sangat condong kepada Nintendo dan Sony. Menurut statistik yang dikumpulkan oleh Badan Konten Kreatif Korea (KOCCA) menyatakan bahwa ada, 72,3 persen pemilik konsol memiliki Nintendo Switch, 42,9 persen memiliki PlayStation, dan hanya 10,9 persen yang memiliki Xbox.
Menurut Global Economic, pendekatan Microsoft terhadap lokalisasi “sangat kontras” dengan pesaing seperti Sony dan Nintendo, yang rilis game first-party mereka dengan menyertakan dukuangan bahasa Korea. Pengabaian terhadap Negara Korea ini dianggap tidak biasa mengingat negara tersebut merupakan pasar game terbersar ke-4 di dunia.