Table of Contents
Menuju bulan Februari tahun ini kita diberikan berbagai jajaran game menarik, salah satunya datang dari developer lokal bernama Pikselnesia yang merilis game mereka tepat pada hari Valentine atau 14 Februari ini yang berjudul Afterlove EP. Pada review kali ini kami telah diberikan kesempatan oleh Pikselnesia & Fellow Traveller untuk mereview game ini.
Afterlove EP adalah sebuah game terakhir mendiang Mohammad Fahmi (Kreator Coffe Talk, What Comes After, dan Mantan Jurnalis Tech in Asia) yang meninggal pada 2022 silam, pertanyaannya apakah game ini akan hidup menghadapi ekspektasi tinggi orang orang yang telah menunggunya, terutama bagi mereka yang juga sudah mengikuti Coffe Talk, dan What Comes After. Simak jawabannya pada review ReArchivu kali ini
Story & Synopsis – Romansa, Musik, dan Kota Jakarta

Sebagai game naratif tentunya tidak elok jika kami memberikan detil cerita terlalu panjang tapi sinopsisnya kurang lebih begini. Afterlove EP berlatar di kota yang tidak asing bagi banyak orang yaitu Jakarta, kota metropolitan dan ibukota Indonesia. Di game ini kita akan bermain sebagai Rama, seorang musisi yang masih kesusahan untuk merelakan pacarnya Cinta yang telah meninggal setahun lalu. Sementara teman-teman dekat dan rekan-rekan satu bandnya bertekad untuk membantunya melanjutkan hidup, Rama justru terjebak selama lebih dari satu tahun. Dia mengabaikan musiknya, kesehatan mentalnya, dan hubungannya. Ditambah setelah kematian Cinta, Rama dapat mendengarkan suara Cinta dikepalanya, apakah itu hanya imajinasinya saja ataukah arwah gentayangan ? Untuk mengetahuinya tentunya kalian harus memainkannya ya.
Selain itu Rama juga harus menghadapi kenyataan jika band yang sudah dia tinggali setahun lalu berada dalam kondisi diujung tanduk dan hanya memiliki waktu sebulan antara mempertahankan Band atau membiarkan bubar begitu saja, dan inilah awal dari cerita kalian. Premis yang dihadirkan sekilas cukup biasa tetapi wajar saja karena memang nampaknya sejak awal merekapun ingin fokus kepada aspek cerita slice of life daripada fantasi yang mengandung hal mistis.

Nah uniknya untuk progresi cerita sendiri nantinya akan berbasis kalender layaknya Persona, atau Sakura Taisen tapi bisa dibilang adalah versi litenya. Yang dimana kalian akan diberikan waktu selama 1 bulan untuk menyelamatkan band kalian, dan nantinya kalian akan diberikan kebebasan untuk menjelajahi cerita dan mengenal para karakter selama progresi tersebut. Game ini juga punya multiple ending yang bisa kalian eksplorasi nantinya, dan ketika memainkan game ini kami mendapatkan true ending nya.
Sayangnya untuk penulis cerita yang dihadirkan terasa sedikit kurang, tetapi perlu diingat kembali ketika berbicara mengenai cerita hal ini tentunya akan bersifat sangat subjektif.
SPOILER ALERT!
SPOILER ALERT!
SPOILER ALERT!
Seperti yang sudah disebut secara sekilas, nantinya akan ada social simulation yang dimana Rama nanti bisa menjalin hubungan dengan beberapa karakter yang memiliki masalah dan latar belakang berbeda. Seperti Regina seorang model yang super sibuk dan kebetulan merupakan mantan dari sahabat kita, kemudian Mira seorang budak korporat yang memiliki hobi dengan puisi dan Satria seorang penjaga toko musik yaitu karakter satria ini yang ada seorang gay dan queer. Selain itu ada juga NPC pajangan background yang adalah seorang lesbian sedang menunggu pacar perempuannya. Tapi Jika kalian khawatir dan merasa tidak nyaman dengan muatan LGBT tenang saja, karena sifatnya sangat opsional dan sangat bisa dihindari.

SPOILER END
Sayangnya dengan waktu 30 hari untuk progress story utama antara Rama dan anggota bandnya terasa kurang ter eksplor, malahan karakter lainnya yang dapat kita ajak untuk menjalin hubungan lebih menonjol dibandingkan anggota band kita sendiri yang seharusnya menjadi highlight dari ceritanya.

Sebagai game naratif, kelemahan utama Afterlove EP justru terletak pada cerita utamanya, yang menurut kami terasa redundan dan berulang. Bukan berarti ceritanya buruk, tetapi pola yang dihadirkan ketika setiap kali muncul konflik antara Rama dan bandnya, pola yang sama selalu terulang—Rama terus-menerus merasa paling tersakiti. Hal ini berulang selama tiga minggu dari total empat minggu waktu permainan sebelum game berakhir, sehingga terasa monoton. Selama bermain, kami justru lebih banyak menghabiskan waktu dengan mengikuti kisah Regina, Mira, atau Satria dibandingkan cerita utama
Gameplay

Secara gameplay sendiri nampaknya tidak terlalu banyak hal baru yang hadir, Afterlove EP mengambil pendekatan seperti game Adventure Narrative 2D Side Scrolling yang banyak beredar di pasar. Sebut saja game seperti A Space for the Unbound, What Comes After, dan lainnya. Oleh karena itu memang nilai jual utamanya adalah ceritanya itu sendiri.
Secara mekanisme game ini mirip dengan Persona, dimana gamenya sendiri memberikan kalian waktu selama 30 hari, tiap harinya akan terdiri dari 2 fase, yaitu fase siang dan malam yang dimana dalam kedua fase tersebut kita bebas melakukan apapun selama tidak ada story wajib. Hal bebas yang bisa kita lakukan adalah menjalin hubungan lebih dalam kepada 3 karakter tertentu, pergi ke psikolog, ngamen dan melihat flashback antara Rama dengan Cinta ketika mereka masih pacaran.
Minigame Ala Kadarnya

Lalu tentunya akan ada beragam mini game juga, tapi walau dibilang beragam sebenernya ala kadarnya juga. Karena mini game yang hadir hanyalah rythmn game yang mekanismenya juga kelewat simpel dan kesannya jadi nice to have saja.
Eksplorasi dan Kota Jakarta yang Jadi Highlight

Salah satu aspek yang kami cukup apresiasi adalah eksplorasi kotanya itu sendiri yang dimana walau kecil tetapi ada beragam fitur yang memudahkan juga misalnya fast travel, tapi walau disediakan fast travel kami sangat menyarankan kalian untuk tetap mengeksplorasi kotanya karna visual dari kotanya adalah salah satu highlight terbaik di game ini.
Dunianya Hingga Musik
Jika kita berbicara soal dunia dan musiknya Afterlove EP maka yang bisa penulis katakan hanya bagus, keren, mantap, gut, cool, amazing,すごい, terkesan lebay tapi serius beneran bagus. Art dalam Afterlove EP utamanya dikerjakan dua orang yaitu Pinga yang mengerjakan banyak enviroment pada game ini, dan Soyatu yang mengerjakan design karakternya. Secara artstyle pendekatan yang diambil sejak awal memang mengejar visual ala anime yang memang pada titik ini sudah tidak asing bagi banyak kebanyakan orang indonesia. Hal ini sempat disampaikan oleh soyatu sendiri melalui sebuah interview yang dipublish oleh creativebloq.

Visual yang dihadirkan bukan hanya cemerlang melalui artstyle tetapi juga berhasil menggambarkan suasana kota Jakarta yang sudah dikenal banyak orang seperti adanya warteg, toko kelontong, tukang pecel lele, MRT, ondel ondel, dan lainnya. Latarnya sendiri juga diambil di Jakata bagian selatan khususnya di daerah Blok M atau yang di plesetkan menjadi W Block. Blok M ini memang jadi salah satu tempat yang ikonik di Jakata, terutama buat kalian yang tinggal di Jakarta pasti lakan paham betapa ikonik tempat tongkrongan legendaris Blok M ini. Intinya secara visual, Afterlove EP berhasil menggambarkan keberagaman kota Jakarta sehingga kalian akan meras seperti dirumah ketika memainkannya.

Untuk Soundtrack dari Afterlove EP dibawahkan oleh band Indie asal Indonesia bernama L’Alphalpha, tapi jujur aja kami tidak begitu mengerti dengan skena permusikkan di Indonesia dan bahkan ini pertama kalinya mendengar nama band tersebut. Tapi sebagai orang awam kami hanya bisa bilang musiknya sangat-sangat bagus sekali, terdapat 3 lagu yaitu Tempu, Suaka dan, Temu Hilang. Ketiga lagu tersebut bisa kalian temukan di layanan streaming musik seperti di Spotify, saran kami kalian harus denger lagu tersebut karena lagunya emang bagus. Dan kami rasa keputusan untuk mengajak band indie mengisi soundtrack dari game ini yang juga berlatar tentang anak anak band adalah keputusan yang sangat tepat untuk merepresentasikan naratif tersebut. Sedangkan untuk voice acting mungkin sedikit unik, karena sebenernya mayoritas dari game ini tidak memiliki dubbing, hanya 1 karakter yang memiliki dubbing dan itupun dalam bahasa inggris saja. Yaitu Cinta, tapi walaupun begitu suara Cinta benar-benar menghidupkan karakternya—cara dia berbicara, menanggapi situasi, serta menyikapi kejadian yang terjadi memberikan sentuhan hangat sekaligus humor ringan dalam cerita. Tapi walaupun hanya tersedia dalam dubbing inggris, game ini juga punya lokalisasi bahasa indonesia sih dalam bentuk teks saja, dan kami rasa lokalisasinya pun sudah dikerjakan dengan cukup baik dan kami sangat merekomendasikan untuk memainkannya dalam bahasa indonesia.

Port Quality (PC)
PC adalah rumah bagi banyak game indie, maka itu kami rasa sejak awalpun pertimbangan untuk pc sudah ada dibenak para developernya. Kami sendiri memainkan game ini lewat PC, untuk kualitas portnya kami rasa sudah berjalan cukup baik, dan memang tidak perlu terlalu banyak settingan aneh aneh. game ini juga mendukung kontroller di pc hanya saja kustomisasinya sangat terbatas.
Final Verdict

Terlepas ini merupakan game lokal menurut kami Afterlove EP menjadi salah satu game yang wajib untuk dibeli jika kalian sedang mencari game naratif di bulan februari ini, walaupun jujur saja kami kurang suka bagaimana cara mereka menyampaikan cerita utama tapi cerita sampingan dari para karakter seperti Regina, Mira, Satria, Psikolog, Flashback Rama dengan Cinta berhasil dibalut dengan baik ditambah dengan musik dan dunia yang digarap dengan serius berhasil menambah kehangatan pada cerita Afterlove EP
Score
Good
- Story karakter seperti Regina, Mira dan Satria menarik diikuti
- Dunia dan artstyle luar biasa bagusnya
- Cinta karakter yang menghangatkan suasan dan juga menarik
- Gamenya ringan
Bad
- Cerita utamanya kurang bisa dieksplor lebih jauh
- Ada Muatan LGBT di dalamnya walau sifatnya opsional

Good
Afterlove EP memberikan angin segar dan rasa optimis terhadap industri video game di Indoneisa, walaupun sayangnya aspek cerita kurang tapi aspek dunia, karakter, musik, terasa sempurna. Bagi penulis Aferlove EP menjadi salah satu game yang wajib kalian mainkan di tahun ini.
Game Details:
Item | Afterlove EP |
Played on | PC via Steam |
Developer | Pikselnesia |
Publisher | Fellow Traveller |
Platform | PC, PS5, XBOX Series, Switch |
Harga | – |