Beberapa game kreator populer Jepang baru baru ini berbicara dengan Famitsu dalam sebuah wawancara, diantaranya adalah Yoko Taro (NieR dan Drakengard), Kotaro Uchikoshi (Zero Escape), Kazutaka Kodaka (Danganronpa) dan Jiro Ishii (428: Shibuya Scramble). Wawancara tersebut membahas mengenai perspektif dan pendekatan masing-masing terhadap pengembangan game dan bisnis.
Selama diskusi mereka tentang evolusi dan kondisi terkini game petualangan, sebuah pertanyaan yang sangat penting diajukan – bagaimana masa depan game petualangan? Yoko dan Uchikoshi berpikir bahwa langkah selanjutnya dalam evolusi mereka, baik atau buruk, mungkin adalah AI.
Uchikoshi berpendapat game petualangan telah mencapai puncaknya dengan Detroit: Become Human dari Quantic Dream. Hal itu dikarenakan adalah salah satu judul yang paling membuatnya terpesona, dan ia menyatakan bahwa ia ingin akhirnya membuat game yang mirip dengan Detroit, tetapi dengan cara yang hanya bisa dilakukan oleh developer game Jepang.

Ada banyak game baru yang ingin saya buat, tetapi dengan teknologi AI yang berkembang dengan kecepatan tinggi, saya khawatir ada kemungkinan game petualangan yang dibuat oleh AI akan menjadi arus utama.
– Kotaro Uchikoshi, Famitsu 24 April 2025.
Uchikoshi sebelumnya telah berbicara tentang kemungkinan game berskala indie yang menggunakan AI yang diproduksi secara massal akan membanjiri pasar. Namun, sambil mencatat bahwa teknologi AI tersebut masih berkembang untuk mencapai kualitas yang setara dengan “penulisan yang luar biasa” pada tingkat manusia, ia menyarankan bahwa, dalam 10 tahun ke depan, menjadi kompeten dalam hal orisinalitas dan “sentuhan manusia.” Sehingga untuk 10 tahun kedepan ia menyarankan agar para kreator yang kompeten tetap dengan mempertahankan ‘sentuhan manusia’ dalam pekerjaan akan menjadi sangat krusial agar dapat tetap selangkah diatas AI.
Yoko Taro kemudian menyauti dengan menambahkan, bahwa kreator game akan menjadi sesuatu dari masa lalu, masih berpegang teguh pada seni mereka dan bercerita seperti di masa lalu meskipun zaman telah berubah.
Saya juga percaya bahwa kreator game bisa kehilangan pekerjaan mereka karena AI. Ada kemungkinan bahwa dalam 50 tahun, kreator game akan diperlakukan seperti pengamen.
– Yoko Taro, Famitsu 24 April 2025.

Ketika ditanya apakah mereka percaya bahwa AI dapat meniru dunia dan cerita aneh yang penuh dengan liku-liku seperti yang mereka ciptakan, baik Yoko maupun Ishii setuju. Di sisi lain, Kodaka mengatakan bahwa meskipun AI dapat “meniru” karya dan gaya mereka, AI tidak akan dapat berperilaku seperti kreator. Ia menjelaskan bahwa, misalnya, AI dapat menulis skenario permainan dengan gaya David Lynch, tetapi Lynch sendiri dapat melakukan itu, sebagai gantinya, dengan sengaja mengubah gayanya sendiri, dan hasilnya akan tetap terasa autentik khas Lynchian.

Yoko Taro memperkirakan bahwa, di masa depan, alih-alih meniru gaya kreator yang ada menggunakan AI, orang mungkin beralih menggunakan AI untuk menghasilkan skenario baru sesuai dengan preferensi setiap pemain. Misalnya, dalam permainan petualangan, AI dapat menghasilkan rute baru yang didasarkan pada cara Anda memainkan permainan dan secara eksklusif memenuhi selera pribadi Anda. Namun, Kodaka menambahkan bahwa, karena sifatnya yang sangat personal, hal ini akan membuat game menjadi kurang menjadi pengalaman bersama – yang berarti mungkin tidak akan ada hit baru di seluruh dunia.